Minggu, 13 Juni 2010

Mbak Lydia

Aku adalah seorang anak yang berkecukupan dan bisa dibilang kaya, saat ini aku masih duduk di kelas 3 salah satu sekolah swasta terkenal di kotaku. Orang tuaku mempunyai dua rumah, rumah yang satu dipakai oleh kedua orang tuaku, sedangkan rumah yang satunya lagi oleh orang tuaku dikontrakkan ataupun dikoskan kepada para pegawai atau mahasiswa, dan kebetulan sekali Aku diam di rumah yang dikontrakkan tadi. Dengan alasan biar tidak susah dan jauh dari sekolah dan ingin belajar hidup sendiri, maka Aku diperbolehkan tinggal di rumah yang satunya itu.

Memang kebutuhan hidupku selalu dipenuhi oleh orang tuaku, Aku mempunyai adik 2 orang, tetapi masih kecil kecil. Di rumah yang dikoskan tersebut, dari sekian banyak orang yang tinggal, ada seorang wanita yang bernama Lidya. Sebut saja Mbak Lidya, Mbak Lidya ini adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di kota ini. Sangat berbeda dengan anak kos lainna, Mbak Lidya selalu mengenakan jilbab untuk menutupi kepalanya, baju yang dikenakannya juga selalu longgar. Kaus kaki dan manset tidak pernah lepas dari tangannya, walau aku yakin mbak lidya mempunyai bentuk tubuh yang aduhai, dengan ciri-ciri dia mempunyai tinggi sekitar 160 cm dengan badan ideal dan wajah imut imut, kulit putih, pokoknya cantik, aku taksir ukuran branya sekitar 34 B atau 36 B dari lekukan dadanya yang tertap terlihat walau sudah dibungkus oleh jilbab dan gamis yang selalu ia kenakan. Mbak Lidya tersebut sudah semester 6 yang aku ketahui, dan dia mengambil jurusan sastra inggris.

Aku biasa pulang sekolah siang hari, kira kira pukul 13:00 siang, karena saya sekolah pagi. Terkadang Yang ada di rumah hanyalah tersisa Mbak Lidya saja, sebab mahasiswa biasanya kuliah jamnya tidak tentu kadang masuk pagi kadang siang atau bahkan kadang sore hari. Sedangkan anak kos yang lainnya rata-rata pekerja yang telah bekerja berangkat pagi dan baru pulang sore hari. Setiap sehabis pulang sekolah, aku sering sekali dan bahkan hampir tiap hari mengintip Mbak Lidya yang sedang mandi untuk pergi ke kampus. Kamar mandi di rumahku hanya satu, dan aku tidur di kamar atas, sedangkan kamar mandi tersebut ada celah yang menembus dari atas, biar cahaya matahari masuk ke kamar mandi untuk mengirit uang. aku mengintip Mbak Lidya yang imut imut dan berbody mulus itu. Mbak Lidya pun mempunyai payudara yang tidak kalah dari model model majalah top Idonesia dan mempunyai bulu bulu yang terawat dan tercukur rapih di sekitar alat kelaminnya. Pemandngan yang sangat luar biasa karena sehari-hari mbak lidya hanya terlihat wajah dan telapak tangannya saja.

Pada saat mandi Mbak Lidya sering sekali selalu seperti meraba raba payudaranya sendiri, dan tidak jarang juga Mbak Lidya suka seperti menggosok gosokkan tangannya ke alat kelaminnya. Pernah juga Mbak Lidya sepertinya memasukkan tangannya sendiri ke dalam alat kelaminnya atau goa hiro-nya itu dengan mendesah seperti kesakitan dan kenikmatan, "Eeh... ehhh... uuuhh.. uuuhh... iiihhh... ahhh...". Hal yang sangat aneh dan jarang sekali dilakukan oleh seorang wanita berjilbab, namun siapa sih yang bisa membohongi diri sendiri. SIapapun bahkan wanita berjilbabpun pasti memiliki hasrat biologis yang ingin disalurkan, dan aku rasa itu normal, kalau tidak punya itu yang tidak normal. Tapi masturbasi seorang wanitaberjilbab ini baru kali ini aku melihatnya. Terkadang dia melakukannya terlebih dahulu sebelum dia mandi bahkan sbelum ia melucuti pakaian dan jilbabnya. Pemandangan yang luar biasa.

Karena aku sering sekali mengintip Mbak lidya mandi pada siang hari untuk pergi ke kampus, aku menjadi terobsesi untuk menyetubuhi Mbak lidya. aku pun setelah mengintip Mbak lidya mandi, aku sering sekali langsung melakukan onani, karena aku terangsang oleh bentuk tubuh sensual milik Mbak lidya. Karena aku sering melakukan hal tersebut, akhirnya aku pun meminta foto-nya Mbak lidya dengan alasan buat kenang kenangan. Mbak lidya pun memberikannya tanpa curiga sedikit pun, karena mbak lidya juga sudah menganggapku sebagai adik sendiri. Rasa nafsu birahiku pun semakin meningkat, sebab aku melakukan onani sambil memandangi foto Mbak lidya dengan jilbabnya yang masih tertutup rapih. Hampir tiap hari setelah pulang sekolah selalu melakukan aktifitasnya seperti itu. Hubungan aku dan Mbak lidya memang dekat, karena Mbak lidya pun kepadaku sudah menganggap seperti adik sendiri, sedangkan aku ingin sekali menjadi pacar Mbak lidya, apalagi berhubungan badan dengannya, itulah impianku. sayangnya, mbak lidya itu bukan tipe orang yang suka pacaran dan terlalu dekat dengan laki-laki, dia selalu menjaga jarak dan pergaulannya. Tanpa dia ketahui apa yang sering aku lakukan padanya.

Mbak Lidya memang tidak hobby nonton film, tapi tidak jarang kalau ada film dengan tema romantis seperti film remaja barat. Tidak jarang juga menonton bersamaku di ruang tengah tamu. Bila ada film baru, aku selalu membawa teman temanku, khususnya cowok dan kalau cewek sulit diajaknya, bahkan banyak yang bilang film yang kami tonton itu film porno.

Hingga suatu hari, Mbak lidya kebetulan libur dan aku setelah habis pulang sekolah langsung bertanya kepada Mbak lidya, "Mbak kok masih di sini..? Enggak ada kuliah yah Mbak..?"
Dengan nada semangat Mbak lidya pun menjawab, "Enggak, kan Mbak hari ini libur..."
Pada waktu itu munculah ide gila dibenakku. aku langsung pergi ke sebuah rental VCD yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Waktu itu aku sangat beruntung, karena aku mendapatkan kaset vcd tersebut, dan film yang kupinjam bukanlah film cerita tentang kehidupan remaja yang selalu dipinjam dan ditonton oleh kami. Film yang kupinjam pada waktu itu film luar yang memang sebuah film yang bukanlah film semi, melainkan film vulgar atau blue film ataupun bisa dibilang film porno.

Setelah dari tempat penyewaan VCD, aku segera pulang dengan perasaan sudah tidak sabar ingin menonton film tersebut bersama sama Mbak lidya.
Sesudah sampai, Mbak lidya bertanya padaku, "Deni habis dari mana, kok kayaknya cape banget..?"
Aku langsung menjawab dengan nafas kelelahan, "Ohh... oh.., i.. ini Mbak, habis pinjam film, Mbak mau nonton enggak..?" dengan hati yang berharap supaya Mbak lidya pun ikut menonton.
Dan Mbak lidya pun menjawab, "Emangnya film apaan tuh ...?"
"Oh.., ini filmnya pasti deh okey, Mbak pokoknya pasti ingin nonton deh..!"
Mbak lidya pun akhirnya ingin tau juga apa film tersebut, "Oke deh, tapi Mbak lidya beres beres dulu yach ...!"
"Iyah deh Mbak, aku tunggu di atas..."
Memang di kamar Mbak lidya tidak ada TV dan kebetulan di kamarku ada TV.

Setelah menonton Mbak lidya sangat terkejut melihat film tersebut.
"Den kok ini film-nya vulgar amat, dan Kamu harusnya enggak nonton yang ginian Dech..?"
"Ah Embak.., kan aku udah gede Mbak, masa harus nonton film Doraemon melulu, bosankan Mbak... lagian biar tidak jenuh."
Mbak lidya pada waktu itu terlihat dirinya terangsang oleh adegan adegan yang diperagakan di film tersebut, terlihat Mbak lidya saat menonton duduknya tidak mau diam dan sekali-kali Mbak lidya pun sepertinya menelan air ludahnya, karena pasti film seperti ini baru dia lihat saat ini. Sesekali mbak lidya terlihat canggung dengan memutar-mutar ujung jilbabnya, aku yakin setiap manusia normal pasti ingin mengetahui dan merasakan rasa nikmat dan menyalurkan hasratnya, tak terkecuali mbak lidya yang selama ini selalu terlihat menjaga diri dan menutup auratnya. Aku pun pada waktu itu sudah pasti batang kejantanannya sudah menegang, yang rasanya ingin juga melakukan adegan adegan seperti di film tersebut, karena sang putri sebagai lawan mainnya sudah di depan mataku.

Tapi setelah film kedua selesai, Mbak lidya langsung meminta ijin untuk pergi ke kamar tidurnya dan aku pun membereskan kaset VCD tersebut. Tidak lama kemudian Mbak lidya masuk ke kamar mandi, tetapi aku pada saat itu tidak ingin lagi mengintip Mbak lidya, melainkan ingin sekali berhubungan tubuh bersama Mbak lidya.

Sambil menunggu Mbak lidya keluar dari kamar mandi, berpura-pura menonton TV di tengah rumah tersebut. Tidak lama kemudian terlihatlah Mbak lidya keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan manset dan kaus kaki, sehingga terlihat sekilas lengan dan betisnya yang putih bersih. sehingga pada saat itu aku pun semakin terangsang ingin sekali langsung menerkam Mbak lidya.
Mbak lidya pun sambil jalan menuju ke kamar tidurnya bertanya kepadaku, "Deni Kamu mau mandi juga..?"
aku langsung menjawab, "Ah enggak Mbak..!"

Tidak lama kemudian Mbak lidya masuk kamar, dan aku pada saat itu langsung saja secara diam diam ingin mengintip Mbak lidya. Hari itu adalah suatu keberuntungan bagiku, karena ternyata pintu kamar Mbak lidya tidak ditutup rapat. Pada waktu itu aku tidak berpikir panjang langsung saja masuk ke dalam kamar Mbak lidya dan langsung menutup pintu Mbak lidya dan menguncinya. Mbak lidya sangat terkejut karena pada saat itu Mbak lidya hanya memakai daster dan jilbab kaos ala kadarnya. Tanpa mengenakan kaos kaki dan manset.
"Deni.., Kamu apa apaan Deni..? Kamu berani kurang ajar Den..?" kata Mbak lidya terkejut.
Tanpa dihiraukannya omongan Mbak lidya, aku langsung menerkam Mbak lidya bagaikan harimau menerkam rusa. Langsung saja Mbak lidya berontak dan marah. Aku mendorong Mbak lidya ke kasur tidur dan langsung menutup mulut Mbak lidya agar bungkam seribu kata.

aku pada saat itu memang sudah kemasukan setan, aku langsung menyiumi bibir Mbak Lidya sampai dengan payudara Mbak Lidya walau masih tertutup oleh jilbab dan baju yang dikenakannya sambil memegang kedua tangan Mbak Lidya. Posisi kami pada saat itu aku di atas badan Mbak Lidya yang masih memakai memakai pakaian lengkap dan jilbabnya. Mbak Lidya pun berontak, sehingga aku menyiumi bibir Mbak Lidya tersebut merasa sulit. Setelah itu, aku menyiumi bibir, kemudian aku masuk ke dalam jilbabnya untuk menciumi leher dan sampai payudara Mbak Lidya. Setelah ada 10 menit dengan gigitan kecil, akhirnya Mbak Lidya sepertinya sudah pasrah akan tindakanku tersebut.

Karena terlihat di wajah Mbak Lidya sudah pasrah dan tidak berontak lagi sambil meneteskan air mata, akhirnya aku mulai berani mengangkat roknya hingga ke pinggang, membuka kancing dasternya bagian atas sehingga menyembul payudaranya yang sangat indah, tanpa lupa menyingkapkan jilbabnya terlebih dahulu hingga ke leher. Aku mulai melepaskan baju dan celana hingga Aku tidak memakai sehelai kain apa pun. Aku langsung saja melepaskan CD yang akan dipakai oleh Mbak Lidya yang hanya sampai di pahanya. Secara sepontan aku memegang kedua kaki Mbak Lidya dan langsung menariknya sehingga alat kelamin Mbak Lidya sudah di ujung pintu kenikmatan. Tanpa basa basi Aku memasukkan batang kejantanannya yang sudah menegang dari tadi dengan bantuan tangannya, tetapi anehnya batang kejantanan ku sulit sekali dimasukkan ke dalam liang keperawanan Mbak Lidya, sehingga Aku berusaha secara paksa. Ahhh.....ssaaaakiiit deennn....jangan...please....aku masih perawan den, jangan...." serangnya. Sedikit demi sedikit aku masukkan ujung kejantananku ke vagina mbak lidya, terasa hangat sekali, baru aku masukkan 4 cm, lalu aku tarik keluar lagi, lalu ku masukkan lagi 5 cm, itu terus kulakukan agar mbak lidya tidak merasa sakit, karena aku rasakan lubang vaginanya masih kering, tanda dia belum terangsang. Ahhh....jangan deen...kamu sudah aku anggap adik sendiri, jangan...tolong, jangan nodai aku dee..nnn" jar mbak sambil sambil berontak sehingga kejantananku kesulitan untuk melanjutkan kegiatannya, akhirny adengan terpaksa aku hentakkan badanku ke tubuh mbak lidya dengan sangat memaksa, mbak lidyapun merasa kesakitan "aaaaa.....kkhhh......." lalu air matanya semakin membasahi pipi dan jatuh ke jilbabnya. Akhirnya Deni dapat menembus tembok sempit liang kewanitaan Mbak Lidya, Mbak Lidya masih terus menjerit kesakitan, "Ahhh... ahh... aawww..." karena pada saat itu kesucian Mbak Lidya sudah hilang oleh batang kejantananku.

Karena mendengar Mbak Lidya menjerit, nafsu birahiku semakin bertambah, melihat wanita bejilbab yang masih dengan jilbab dan pakaian lengkapnya tergolek tak berdaya dihadapanku. Aku terus mengayun batang keperkasaannya ke depan, mundur-depan-mundur untuk menuju gerbang kenikmatan yang kuharapkan pada klimaksnya berhubungan seks. Sekitar 15 menit kemudian, Mbak Lidya merasakan liang senggamanya sudah lecet, sehingga Mbak Lidya ingin sekali melepaskan batang kejantanan ku dari liang kewanitaannya. Tetapi aku tidak ingin melepaskannya, malahan menarik paha Mbak Lidya agar tetap pada keadaannya. Hal ini mengakibatkan Mbak Lidya semakin terlihat lemas sekali dan tidak lagi berontak, karena memang sudah benar-benar lelah di 20 menit terakhir setelah perlakuan tidak senonoh yang dilakukan terhadapnya. Tidak lama kemudian, batang kejantanan ku pun terasa hangat, lecet, dan akhirnya terasa deyutan deyutan seperti ingin mengeluarkan cairan. Dan akhirnya cairan spermaku pun menyempot ke dalam liang senggama milik Mbak Lidya.

Karena aku melihat Mbak Lidya sudah lemas, aku pun segera mengambil tindakan langsung menggenjot kembali batang kemaluannya ke dalam dan keluar liang senggama Mbak Lidya secara cepat. Dari mulai sempit hingga terasa liang senggama Mbak Lidya semakin lebar. Memang kali ini tidak menyempit lagi, laju jalannya batang kemaluan ku tidak terhimpit lagi dan terasa saat itu pula terlihat adanya cairan yang dikeluarkan dari liang senggama Mbak Lidya yang mungkin akhirnya menikmati juga perlakuanku, matanya hanya terus mengeluarkan air mata, tapi dia sudah terlihat sangat pasrah. Pemandangan ini membuat aku bertambah semangat. Mbak Lidya pada saat kelelahan dan pasrah hanya bisa mengucapkan, "Ahhh... ahhh... iiih... uuhh... aaaw... uuuh... iiihh... eehhh..." saja.
Dan aku tidak berkata apa apa karena terlalu nikmatnya perasaan yang dapat ku rasakan saat itu.

Hingga ada 1 jam berlanjut, aku akhirnya melepaskan batang kejantanannya dari dalam liang kewanitaan Mbak Lidya. Terlihat cairan mani yang bercampur antara yang dikeluarkan oleh batang keperkasaan ku dengan air mani dan darah keperawanan yang dikeluarkan oleh Mbak Lidya. Mbak lidya hanya tergeletak setelah aku tidak lagi menggagahinya. Mbak Lidya terhempas ke dalam penderitaan birahi dengan rok, kemeja dan jilbab yang sudah tidak karuan dan matanya sayu meneteskan air mata. Aku karena kelelahan juga tergeletak di samping Mbak Lidya dan menikmati keberhasilan ku yang telah mencapai kenikmatan dalam berhubungan badan yang selalu ku inginkan.

Setelah beberapa lama, Aku dan Mbak Lidya tergeletak di kasur. Aku segera bangun dan langsung menerkam Mbak Lidya kedua kalinya dengan memeras payudara Mbak Lidya, sehingga Mbak Lidya kembali mengucapkan desahannya. "Ahh.. ahhh.. Den jangan... diterusin Dennn... jangann... Denn...aku sedang masa subur...aku takut hamil den...jangan den...!"
Aku tidak menghiraukan ucapan Mbak Lidya tetapi justru langsung meraba-raba dan sekali-kali memasukkan tangannya ke dalam liang kewanitaan Mbak Lidya. Mbak Lidya menjerit kesakitan karena liang senggamanya seperti dirobek-robek oleh tangan nakalku.
"Aaawww... awww... iiihhh... uuuhhh... aaauuw..!"

Seteleh itu keluarlah cairan yang hangat dari liang senggama Mbak Lidya. Aku langsung menjilati cairan tersebut dari liang kewanitaan yang sudah banjir milik Mbak Lidya. Mbak Lidya pun anehnya tidak kesakitan, tetapi justru kegelian. "Den... Den... aduh... geli... Den... geli... Den..!" Karena batang keperkasaan ku masih sangat tegang tetapi aku melihat Mbak Lidya sudah benar-benar kelelahan. Akibatnya, Aku langsung mengocok (mengonani) batang kejantananku dengan tangannya dengan frekuensi yang sangat cepat, sehingga Aku ingin mengeluarkan air maninya. Tanpa memberi aba-aba, Aku langsung menyodorkan kemaluabnnya tepat di mulut Mbak Lidya. Tidak lama kemudian air mani menyempot ke mulut Mbak Lidya dan langsung ku urut-urutkan batang kejantananku ke mulut Mbak Lidya yang masih tergeletak kelelahan di kasur.

Aku langsung mengambil tangan Mbak Lidya dengan bantuan tangannya sendiri untuk memegang batang keperkasaannya yang sudah loyo. Aku menyuruh Mbak Lidya untuk memegang dengan kepalan yang keras dengan bantuan tangan ku dan langsung mengayunkan keluar ke dalam hingga aku merasa puas pada saat itu.

Setelah kejadian tersebut, hubungan ku dan Mbak Lidya menjadi renggang. Dan beberapa minggu sesudah itu, akhirnya Mbak Lidya pindah kontarkan. Tidak lagi di rumah orang tua ku. Dan akhirnya Aku sangat kehilangan Mbak Lidya karena memang secara diam diam Aku pun mencintai Mbak Lidya.
"Mbak Lidya-ku sayang Mbak Lidya-ku malang..." ucap ku dengan menyesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar